Sendang Rejo, SSOL-Sedikitnya, ratusan rumah warga yang terletak radius lebih kurang 300 meter dari PT Bamindo Agra Pratama mengalami kerusakan di bagian atapnya. Penyebabnya tak lain adalah karena uap belerang yang lepas ke udara akibat dari proses produksi sumpit di pabrik tersebut.
Pabrik pengolahan bambu yang terletak di Jalan T Amir Hamzah, tepatnya di Dusun V, Desa Sendang Rejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat ini, ternyata sudah puluhan tahun beroperasi dan menjadi penyebab utama rusaknya atap seng rumah warga.
Selain atap seng, di sekitaran pabrik yang dikelola warga asal kota Medan ini juga terlihat beberapa tiang telepon dan benda lain yang terbuat dari bahan logam tampak keropos dan berkarat. Dampaknya, warga terpaksa menggunakan atap rumah berbahan asbes untuk menghindari korosi akibat uap belerang.
Seorang warga di sekitar pabrik berinisial G mengaku, sejak pabrik sumpit berdiri beberapa tahun yang lalu, atap seng rumah warga mulai mengalami pengeroposan. “Sebelum ada pabrik itu, seng rumah disini gak pernah keropos bang,” beber warga kepada awak media, Selasa (17/9) sekira jam 13.30 WIB.
Sumber menambahkan, warga sudah muak dengan janji-janji manis dari perusahaan terkait masalah limbah tersebut. Tiap bulan, pihak pabrik hanya memberi kontribusi 40 keping atap asbes sebagai ganti rugi atap seng rumah warga yang mengalami pengeroposan.
“Ada 11 poin yang dijanjikan perusahaan untuk masyarakat sini, tapi cuma satu poin yang dipenuhinya bang,” lanjut sumber.
Masih menurut sumber, selain menggunakan belerang, pabrik juga menggunakan soda api untuk merendam bambu sebagai baku untuk pembuatan sumpit.
“Limbah perendaman bambu yang mengandung soda api itu dibuang langsung ke Sungai Bingai. Kami berharap agat pihak terkait dapat memberikan tindakan tegas kepada pengusaha yang melanggar amdal,” pungkas sumber.
Hal senada juga disampaikan warga lain berinisial RA, mengaku sudah sangat resah akibat dari dampak uap belerang sangat merugikan masyarakat. “Gara-gara belerang itu, gak bisa kami pake atap seng. Tau lah atap asbes ini, gampang kali retak kalau kena benturan. Sementara, pabrik hanya ngeluarkan 40 keping per bulannya. Gitu dikeluarkan, berebut warga minta atap itu, karena gak sebanding dengan jumlah atap yang rusak bang,” beber sumber.
Warga berharap, kepada pihak yang berkompeten agar dapat mengambil tindakan tegas terkait limbah pabrik tersebut. “Seingat saya, setelah terjadi insiden kebakaran pabrik mancis beberapa waktu lalu, Pemkab berjanji akan mengevaluasi seluruh pabrik yang ada di Langkat. Kami berharap pihak terkait memberi teguran keras, agar masalah limbah pabrik itu bisa segera diatasi,” harap Sumber.
Terpisah, Camat Binjai, Rizal Gunawan Gultom, saat dikonfirmasi awak media via telepon terkait masalah limbah pabrik sumpit tersebut mengatakan, akan berupaya untuk berkordinasi kepada pihak pabrik atas keluhan masyarakat tersebut. “Nanti kita kordinasikan sama pihak pabrik bang. Kalau ada keluhan dari warga, langsung aja melapor ke kecamatan, biar bisa kita tindaklanjuti bang” pungkas Camat.
Ahmad