Pangururan, SSOL- Minggu siang, 13 Oktober 2019, di Desa Simullop, Pangururan, Samosir, markas Pomparan Raja Batak, berlangsung diskusi informal seperti FGD (Fokus Grup Diskusi) namun inspiratif dipandu Hinca Panjaitan bersama Zainal Pangaribuan, Efendy Naibaho, Tarigan dll.
Berbagai hal terdiskusikan dengan satu visi, daerah yang sangat kaya oksigen ini membuat juga positif view, luar biasa.
Satu topik adalah bagaimana memompa kembali oksigen ke udara kawasan Tano Batak dan sekitarnya. Terjadi penipisan oksigen akibat adanya penghabisan hutan alam yang dilakukan secara legal dan illegal. Penipisan oksigen sangat rentan dan berbahaya untuk ekosistem kawasan termasuk pertumbuhan generasi penerus. Adalah sangat tragis jika di masa depan hadir generasi baru, generasi penuh emosi dan amarah, generasi yang sadis dan tak berbudaya.
Oksigen adalah nafas Sang Khalik dan atas seijin Sang Khalik untuk dipompakan kembali ke udara.
Berbagai cara mungkin ada, salah satu disepakati adalah penanaman bagot (borta/aren) secara masif.
Pertanyaannya, bagaimana dilakukan secara mudah, murah, rekreatif dan atraktif serta millenial? Bersama Pemerintah mungkin bisa, namun pergerakan masyarakat madani akan lebih masif dan menarik.
Setelah mendengar berbagai analisa, termasuk fisiologis bagot khususnya daya tumbuh benih bagot, lahirlah simpul diskusi yaitu menanam biji (benih) menggunakan ketapel.
Benih jadi peluru ketapel, tentunya benih yang sudah lolos syarat tumbuh karena sudah diproses baik.
Target penanaman adalah daerah-daerah jurang/lembah dan bukit yang sulit dijangkau dan kawasan ini sangat banyak di sekitar Danau Toba.
Saat ini benih yang tersedia sudah sekitar 1 juta benih, siap diketapelkan. Mari kita bikin ketapel masing – masing untuk kita bersama memompa oksigen ke atmosfir kawasan Toba.
Kapan dan dimana titik awal dimulai akan diinfo lebih lanjut, yang jelas di Kawasan Toba.
Zainal Pangaribuan l Efendy Naibaho