Sampah Dan Kehidupan Warga Desa Batu Bola

PADANGSIDEMPUAN  –  Bertahun-tahun warga yang tinggal di daerah lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Desa Batu Bola, hanya bisa pasrah menerima nasib. Tanpa perhatian pemerintah dan uluran tangan mereka para Milioner. Rezeki mereka tak lain hanya bisa mengais barang bekas yang kemudian dijual untuk didaurulang.

Miris benar kehidupan puluhan keluarga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Batu Bola. Kehidupan yang jauh dari layak, karena untuk hidup sehat saja susah. Air yang mereka gunakan sudah tercemar sampah,  dan bahkan polusi udara disebabkan pembakaran limbah tersebut harus mereka hirup selain aroma busuk yang begitu menyengat.

Ini membuktikan, bahwa pemerintah hingga kini tak pernah berbuat apa-apa untuk kelangsungan hidup mereka. “Kami bisa berbuat apa bang, ya jalani saja hidup ini. Mau tinggal dimana lagi, walau kotor dan bau. Jangankan peduli dengan sekolah anak kami, untuk hidup sehat saja kami tak bisa. Mungkin pemerintah lupa dengan kami orang kecil ini,” kata Rohana Uli Nasution, saat diwawancarai awak media.

Bau tak sedap yang begitu menyengat hidung, ternyata sudah menjadi parfum khas para penduduk setempat. Sore itu, terlihat beberapa dari mereka mengorek tumpukan sampah yang semakin hari kian menggunung. Dari mereka yang tua sampai anak kecil terlihat asyik memisahkan sampah yang bisa kembali didaurulang, seperti plastik, besi, kaleng, botol dan lainnya.

Ah, memang sungguh kehidupan yang tak layak. “Beberapa menit berada dilokasi itu membuatku mual dan pusing, bagaimana yang mereka rasakan setiap harinya. Sungguh luar biasa penderitaan mereka,” kataku dalam benak dan fikiranku (red: si wartawan).

Untuk diketahui, limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara.

Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Khususnya di kota Padangsidimpuan, sudah kurun waktu priode pergantian walikota untuk kesekian kalinya bergulir, persoalan sampah sepertinya tak menjadi prioritas mereka.

“Padahal ini menyangkut hidup orang banyak. Jika sampah saja tak tersentuh, bagaimana mau mensejahterakan rakyatnya. Saluran irigasi dan sungai yang biasanya bersih, hari ini sudah tercemar. Kami sebagai warga yang masih banyak menggunakan air dari sungai dan irigasi jadi takut dan khawatir. Rakyat yang perlu hidup sehat, berpendidikan dan mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang layak. Untuk menghilangkan bau, kami terpaksa membakar sampah tersebut,” beber pria yang dipanggil bang Harahap ini.

Menjelang Pilkada ini, cerita Harahap, banyak calon yang hanya menjual janji tanpa bukti hanya untuk mencari simpatisan suara dari rakyat miskin seperti kami ini. Beragam Jargon tiap kandidat untuk merebut hati rakyat, dari salumpat saindege hita sannari hita haduan dan sehat maju sejahtera.

“Padahal telah cukup banyak alokasi anggaran digelontorkan untuk itu, mulai dari biaya perjalanan dinas, biaya perancangan, biaya konsultan, biaya pengadaan tanahnya. Desakan dari berbagai kalangan warga pun sudah berulangkali. Terus berjanji saja, begitu sudah duduk sebagai walikota atau wakil rakyat, malah sama sekali mereka tak menggubris kami, usahkan datang menepati janji, melihat nasib kami saja tak mau,” cibir Harahap.
Sempat terdengar kabar, TPA di Desa Batu Bola ini akan dipindahkan ke daerah Desa Aek Najaji, jika daerahnya sudah memenuhi syarat dan layak dijadikan TPA. Seperti yang dikatakan Camat Padangsidimpuan Batunadua, Roni Gunawan Rambe, pihaknya sudah survey lokasi yang akan diperuntukkan sebagai TPA masyarakat Kota Padangsidimpuan.

“Sampai saat ini informasi yang saya peroleh masih dalam tahapan kajian analis dampak lingkungan, sehingga nantinya tidak menjadi persoalan jika TPA pindah ke Desa Aek Najaji,” katanya.

Dalam penjelasan salah seorang Anggota DPRD Kota Padangsidimpuan, Erwin Nasution, yang terbit disalah satu media mengatakan bahwa Pemkot Padangsidimpuan sudah menganggarkan sebesar Rp2,5 miliar untuk TPA Batubola. “Tinggal menunggu tim survey teknis kementerian lingkungan hidup jika di jadikan Desa Aek Najaji sebagai pengganti TPA Batubola tersebut,” katanya.(Jaker)

Editor : Yeni Sitorus