JAKARTA, SSOL – Wakil Dekan FISIP Universitas Djuanda, Bogor Muhammad Yusuf Seran mengatakan persoalan separatisme lahir dari kondisi sosial ekonomi yang berujung ingin memisahkan diri.
Kenapa pengen memisahkan diri, penyebab atau salah satu faktor utama misalnya saja dari sisi ekonomi di Papua yang sangat kaya. Akan tetapi kondisi masyarakat jauh berbeda.
“Ini saya nilai sebagai faktor pemicu kenapa kemudian muncul ketidakpuasan. Namun demikian Pemerintah juga sudah merespon dengan ada otonomi khusus dan juga anggaran triliunan untuk pembangunan disana,” kata Muhammad Yusuf Seran dalam dialog khusus ‘Peran Media, Masyarakat Menangkal Ancaman Radikalisme dan Separatisme di Kota Bogor, Rabu (23/10/2019).
Ketua PWI Kota Bogor, Aritha Utama Surbakti menegaskan dalam mengkampanyekan jurnalisme damai, lawan media bukan lagi kekerasan atau apa akan tetapi media sosial yang lebih separatis keberadaannya.
Pada 2018, Menkominfo telah memblokir puluhan situs terkait konten radikalisme dan separatisme.
Terkait peran media, dalam menangkal radikalisme dan peratisme adalah hasil kerja jurnalis, ketika jurnalis tidak mempunyai moralitas maupun nilai-nilai Pancasilais maka produknya akan menjadi sebuah ‘kompor’ yang lebih besar.
“Maka jurnalis kerjanya tentu harus berdasarkan nurani dan kebenarannya adalah NKRI berdasarkan Pancasila. Maka tidak boleh keluar dari rel Pancasila,” kata Aritha.
Lanjutnya, etika jurnalis dalam menulis tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila kemudian unsur SARA.
“Musuh kita (media) adalah media sosial yang saya sebutkan tadi yang bukan ranah kami, itu ada di Pemerintah,” tegasnya.
Masih ditempat yang sama Komandan Korem 061/Surya Kencana, Kolonel Inf TNI Novi Helmy Prasetya mengatakan tidak ada ruang bagi radikalisme dan separatisme di bumi Indonesia.
“Tidak ada ideologi selain Pancasila, kemudian UUD 45, jangan mudah percaya soal haoks. Sesungguhnya indahnya yang sudah dilakukan negara sangat banyak untuk Papua, tetapi tidak bisa disampaikan justru sebaliknya dirusak oleh kelompok separatisme,” kata Danrem.
Mantan komandan grup D Paspampres ini juga berpesan agar menjaga empat pilar kebangsaan untuk ditanamkan kepada generasi muda, kemudian tanamkan wawasan kebangsaan dan bela negara sebagai satu kesatuan yang utuh.
“Siapapun yang merongrong-rong NKRI akan berhadapan dengan kami, bukan hanya TNI/Polri,” tandasnya. []