Hanya Misskomunikasi, Kisah Pilu Ibu Tua di Samosir

Pangururan, SSOL: Namboru kami ini bukan ditelantarkan keluarganya, hanya misskomunikasi saja dengan adeknya, demikian penjelasan Antonius Sinurat, keluarga Ibu Bungolo Sinurat, ibu tua yang tinggal sendiri di rumah tanpa dinding di Samosir.

Kepada wartawan Jumat (27/9), Antonius bercerita bahwa namboru mereka ini menikahkan suaminya dengan boru Malau karena sampai di usianya dengan suaminya selama 75 tahun tidak dikarunia keturunan.

Pernikahan suaminya dengan boru Malau dikaruniai 2 anak laki-laki. Anak pertama berumur 12 tahun (kelas 6 SD), anak  kedua 9 tahun, juga masih SD.

Anak pertamanya tinggal dengan mereka di desa Aek Nauli dan anak keduanya tinggal dengan ibu kandungnya boru Malau.

Sejak namboru ini menikahkan suaminya dengan boru Malau, dia tinggal sendirian di di desa Aek nauli,  Kecamatan Pangururan, kab Samosir.

Kadang – kadang namboru ini datang ke rumah kami dan tinggal bersama kami. Sejak suaminya meninggal tanggal 27 Mei 2019 kemaren, namboru ini memutuskan untuk tinggal bersama dengan adeknya atau bahasa bataknya (imbangnya) boru Malau di desa Hutatinggi.

Sebagai keluarga dari pihak Sinurat,   kami selalu memenuhi kebutuhan sehari – hari namboru ini melalui imbangnya boru Malau.

Namboru kami ini dulu bisa dikatakan  orang berduit jaman dulu 20 tahun lalu , misalnya ternak kerbau, emas dimilikinya.

Sejak namboru ini menikahkan suaminya itulah awal kesengsaraanya. Namboru ini yang memenuhi segala kebutuhan boru Malau , mulai biaya pernikahan suaminya dengan boru Malau (adat nagok) dalam adat Batak Toba, sampai biaya persalinan dan kebutuhan sehari-hari.

Jujur, sebenarnya dari pihak marga Sinurat sudah melarang namboru kami untuk tidak menikahkan amang boru itu (suaminya). Tapi namboru ini tekad dan harus menikahkan suaminya demi mendapatkan keturunan.

Namboru inipun sebenarnya punya rumah yang layak huni di desa Huta tinggi persis di dekat jalan raya, tempatnya strategis dan beberapa tapak tanah.

Perlu juga saya sampaikan, lanjut Antonius bahwa namboru mereka ini punya banyak keluarga di desa Hutatinggi (hahanggina) seakan tidak mampu mengatasi kekeruhan diantara namboru ini dengan boru Malau. Maklumlah namboru kami ini memang sudah  tua renta (berumur 90’an).

Sejak suaminya meninggal, kami mengajak namboru ini untuk tinggal di desa Aek Nauli, tapi namboru ini menolaknya ( dang dohot au hu Aek Nauli, ingananku do jabukku,  jabukku do on), katanya.

Tadi sore, Jumat (27/9) kami membujuk namboru ini untuk tinggal bersama kami di desa Aek Nauli dengan mengiming – imingi untuk kembali lagi ke Hutatinggi dan memperbaiki rumahnya sendiri.

Namboru ini memiliki 3 bersaudara  perempuan dan sudah meninggal. Namboru ini tidak memiliki saudara laki – laki.

“Kami selaku keluarga mengucapkan terimakasih kepada Bhayangkari Polres Samosir atas uluran tangannya kepada namboru kami. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih”,
jelas Antonius Sinurat lewat pesan massanger pada (27/9/2019)

Saat ini Bungolo Sinurat sudah berada di rumah sanak saudaranya Sinurat di Desa Aek Nauli, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

Efendy Naibaho